
Paramo adalah sebuah ekosistem unik yang cukup sulit dijelaskan kepada mereka yang belum pernah bepergian di Kolombi, karena memang Paramo benar-benar tidak ada lingkungan yang setara di tempat lain di bumi. Secara fisik paramo seperti dataran hijau penuh kabut, tidak seperti hutan, namun dipenuhi vegetasi yang tidak ada di belahan bumi lainnya. Di dunia ini paramo adalah ekoksistem yang langka, contohnya di Asia, Paramo hanya ada di Pulau Papua. Beruntunglah kita orang Indonesia yang memiliki ekosistem ini di Papua, Cartenz lebih tepatnya, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahuinya. Sebagai gambaran, Kolombia adalah negara yang memiliki mempunyai paramo terbanyak di dunia. 1.7% wilayah Kolombia adalah paramo. Bahkan, 70% pasokan air minum di negara tersebut berasal dari paramo. Hal ini yang mendukung mengapa air keran di Bogota dapat diminum langsung. Sedangkan di kebanyakan kota lain di Kolombia hal tersebut tidak dapat dilakukan.
Paramo terbesar di Kolombia adalah Paramo Sumapaz, yang terletak 20 km ke arah selatan dari Bogota. Paramo Sumapaz adalah Paramo terbesar di dunia.Merupakan kesempatan besar bagi saya untui mengunjungi paramo Santurban. Paramo Santurban terletak di Provinsi Norte Santander. Kali ini saya melakukan hiking dengan komunitas caminantes de Santander. Komunitas tersebut mengadakan open trip setiap minggunya, dan minggu ini sedikit spesial karena tujuan kami adalah tempat yang sangat indah.
Dalam perjalanan ini saya ditemani 3 orang teman saya orang Indonesia, dan 3 orang Thailand dan housemate saya, Nick yang berasal dari Inggris. Sungguh beruntungnya karena paramo ini terletak cukup dekat dengan kota saya tinggal, Bucaramanga. Hal yang saya benci dalam trip ini adalah waktu mulai yang sangat kepagian. Kami mesti bangun jam 4 pagi dan berjalan kaki dalam keadaan ngantuk menuju meeting point di el parque San Pio. Begitu tiba di dalam bus pun saya masih tetap melakukan meditasi alias tidur lagi. Setelah 4jam perjalanan, Tibalah kami di Vetas
Vetas adalah pueblo atau kampung tertinggi di Kolombia, pueblo ini berada di ketinggian 3.350 mdpl. Kalo dibandingkan, kota ini lebih tinggi dari pada puncak gunung Gede, Gunung Ciremai, Gunung Lawu dan kebanyakan gunung di Indonesia. Vetas adalah kampung singgah baru pendaki yang ingin menjelajahi paramo. Vetas dapat digambarkan sebagai kampung dengan rumah-rumah bergaya kolonial Spanyol berwarna putih.








Paramo Santurban adalah paramo yang terbentang di 2 provinsi yaitu Santander dan Norte Santander. Dataran pengunungan ini terbentang dengan luas dengan berbagai ekosistem intertropis pegunungan. Páramo dikenal akan keragaman dan keindahan fauna-nya, serta untuk kepentingan ekologisnya, di mana beberapa sumber air dilahirkan yang memasok air ke kota-kota dan kota-kota di wilayah tersebut.Meski bukan yang terbesar, Paramo Santurban memiliki 26 Laguna yang indah. Untuk menggapai laguna-laguna ini diperlukan hiking selama beberapa jam. Pada trekking kali ini, kami hanya akan mengunjungi 3 Laguna dan 1 puncak yaitu Laguna Pajarito, Laguna Las Calles, Alto del Viejo dan Laguna Surcura.





Ketika dalam perjalanan kita tidak hanya ditemani tumbuhan hijau dan pemandangan menarik, tapi juga ditemani flora bernama Frailejon. Frailejon atau dikenal juga dengan nama Espeletia adalah genus flora yang berasal dari Kolombia, Venezuela dan Ekuador, pertama kali secara resmi dideskripsikan pada tahun 1808. Genus ini dinamai setelah raja muda dari Granada Baru, José Manuel de Ezpeleta. Frailejon tumbuh di ketinggian tinggi di ekosistem páramo.




Tujuan pertama kami adalah Laguna Pajarito, sebuah laguna berbentuk lingkaran yang besar. Laguna Pajarito ini terletak sangat dekat dengan tempat pemberhentian bus kami. Keindahan Laguna pajarito membuat para peserta pendakian ini semangat untuk menjalani hiking dan menjelajahi Paramo Santurban.




Setelah itu kami dipacu untuk jalan hingga 2.5km untuk mencapai el Alto de Viejo. El alto del Viejo adalah titik tertinggi terdekat dari tempat kami memulai perjalanan. Ketinggian tempat tersebut adalah 4.100 mdpl. Bagi saya pribadi, ini adalah pengalaman yang menarik berhubung hampir mustahil mencapai ketinggian tersebut di Indonesia, kecuali kalo saya punya uang untuk mengunjungi gunung Jaya Wijaya yang ongkosnya sangat mahal.
Momen ini adalah kedua kalinya saya mencapai ketinggian 4.000 mdpl setelah pendakian gunung Kinabalu pada Januari 2015.
Perjalanan tidak selesai hanya sampai puncak tersebut, untuk mencapai Laguna yang paling indah, kami masih harus menempuh jalan lagi sejauh 3.5 km. Hanya saja sekarang ini akses jalannya tidak jelas, tidak ada jalan setapak, melainkan harus menyusuri pinggiran gunung yang agak curam. Untungnya jalan menuju Laguna ini tidak naik keatas. Setelah berjalan kurang dari satu jam, kami tiba Laguna surcura.
Setelah tiba di Laguna terakhir, apa yang selanjutnya kita lakukan?
Yup! Balik lagi ke tempat pertama kita memulai perjalanan!
Ternyata balik ke tempat start merupakan bagian yang paling berat dari perjalanan ini, khususnya perjalanan dari Laguna Surcura menuju El Alto de los viaje. Setelah memakan perjalanan sebanyak jam dan 12km, kembalilah kami ke Vetas untuk makan siang! Alhamdulillah! Berakhirlah trip yang seru ini!
Baca juga:
Belajar Bahasa Spanyol di Kolombia
Kejutan di Tahun 2015 >> Amerika Selatan
Bogota, kesan pertama mengenai Kolombia!
Best from Antioquia, ColombiaDiary of Indonesian Students